IMCNews.ID, Jakarta - Potensi defisit berjalan diperkirakan bakal berimbas pada kenaikan iuran peserta BPJS Kesehatan.
"Tahun ini bisa defisit tahun berjalan, tapi bukan defisit BPJS ya. Karena kita punya aset," ungkap Direktur Utama BPJS Kesehatan Prof Ali Ghufron Mukti belum lama ini.
Klaim yang meningkat, kata dia juga disebabkan oleh peningkatan pengguna BPJS Kesehatan.
"Kepercayaan masyarakat yang meningkat tajam. Tahun ini ada tambahan 45 triliun. Tambahan saja 45 triliun belum yang dibayarkan," sambungnya dikutip dari detikcom.
Dia menyebut, besaran klaim di 2022 sebanyak Rp 113.472.538, sementara di 2023 meningkat menjadi Rp 158.852.391.
Oleh karenanya, untuk menjawab resiko defisit ini maka perlu solusi ideal, salah satunya dengan menaikkan iuran peserta. Namun keputusan itu perlu dipertimbangkan.
"Warga Indonesia yang nunggak kan kena denda saja, langsung teriak-teriak," katanya.
Menurutnya, ada banyak strategi yang bisa dilakukan untuk mencegah risiko potensi defisit berjalan. Salah satu yang juga disorot adalah kebijakan di hampir seluruh negara yang melakukan cost sharing.
"Coba liat di Australia, setiap beli ada obat ada copayment, di Jepang setiap RS 30 persen, di Korea bayar, range-nya harga 20 hingga 30 persen," jelas Prof Ghufron.
"Jadi kita cari solusi yang pas, kita sampaikan laporan persentase, kalau presiden lama mau naikkan ya bagus-bagus saja kita lebih senang, cuma masyarakatnya lebih senang atau nggak? Itu kan persoalan lain," pungkasnya. (*)
Korupsi Bank Jambi, Leo Darwin Divonis 16 Tahun Penjara dan Rp204,8 Miliar Uang Pengganti
Secara Bulanan, Jambi Alami Deflasi Didorong Insentif Tarif Listrik
Pelunasan Biaya Haji Dibuka Mulai Hari Ini hingga 14 Maret 2025
Santri PKP Al Hidayah Kunjungan Belajar ke DPRD Provinsi Jambi
Kukuhkan Pengurus FPK Provinsi Jambi, Wagub Sani: Harus Menyatukan dan Merangkul Keberagaman
Ditlantas Polda Jambi Dorong Perbaikan Sarana Jalan Jelang Arus Mudik Lebaran
Buntut Pilot dan Kopilot Tidur Dalam Penerbangan, Muncul Desakan Blokir Rute Batik Air