IMCNews.ID, Jakarta - Pemerintah resmi menurunkan harga jual Pertamax sebesar Rp1.100 per liter dari harga sebelumnya Rp13.900 per liter menjadi Rp12.800 per liter.
Penyesuaian harga ini mulai berlaku sejak Selasa (3/1/2023) kemarin pukul 14.00 WIB.
Pengumuman ini disampaikan Menteri BUMN Erick Thohir, dan Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati.
Melansir detik.com, Erick menjelaskan harga minyak dunia turun dari US$ 87 per barel menjadi US$ 79 per barel. Turunnya harga minyak dunia ini tentu berpengaruh ke harga Pertamax.
"Kedua, tentu kalau kita lihat harga dari pada pasaran minyak yang tadinya US$ 87 jadi US$ 79-an. BBM dengan harga pasar seperti Pertamax, sudah seyogyanya ikut harga pasar," kata Erick.
Namun sayangnya, turunnya harga minyak dunia tak berpengaruh pada harga Pertalite dan Solar.
"Solar, Pertalite harganya tetap. Karena hari ini yang dibantu pemerintah besar sekali," katanya.
Nicke menambahkan harga Pertalite yang dijual Rp 10.000/liter juga lebih murah dari kompetitor. Dia bilang di saat dunia mengalami peningkatan, harga-harga jadi naik. Sementara Indonesia tetap mempertahankan harga karena subsidi yang besar.
"Pertalite, kompetitor jual Rp 12.000, Rp 13.000, ini subsidi pemerintah masih besar," tuturnya.
Sementara itu, Erick menyebut pemerintah membantu subsidi Pertalite sebesar Rp 1.100.
"Catatan penting, BBM yang dibantu pemerintah seperti Pertalite yang harga dunia masih tinggi, harga jual kita Rp 10.000, masih dibantu pemerintah Rp 1.100," jelasnya.
Selain Pertamax, harga BBM non subsidi lainnya juga turun. Pertamax Turbo turun dari Rp 15.200/liter menjadi Rp 14.050/liter.
Selanjutnya, harga Dexlite turun dari Rp 18.300/liter menjadi Rp 16.150 per liter dan harga Pertamina Dex dari Rp 18.800/liter menjadi Rp 16.750 per liter.
Pada kesempatan itu Erick turut mengomentari rencana pembatasan pembelian Pertalite menggunakan MyPertamina.
Saat ini pihaknya masih menunggu revisi Perpres Nomor 191 Tahun 2014 yang mengatur kriteria kendaraan yang boleh menenggak BBM RON 90.
"Di Pertamina sistem pembayarannya kan ada yang cash ada yang non cash. Yang non cash terus kita perbaiki, sekalian nunggu revisi Perpres 191 yang sedang digodok Menteri ESDM," imbuhnya. (*)
Efek Berganda Hulu Migas, Kehadiran Jadestone Terangi Parit Lapis
THR ASN Pusat dan Pensiunan Habiskan Uang Negara Rp20,86 Triliun
Debit Sungai Batanghari Terus Naik, Pemkot Jambi Tetapkan Status Siaga I Banjir
Kejari Jambi Bidik Dugaan Penyelewengan Penyertaan Modal di BUMD Siginjai Sakti
SKK Migas Sumbagsel Galang Dukungan Untuk Capai Target Produksi Migas 2023