IMCNews.ID, Jambi - Harga minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) di Jambi pada periode 22-28 April 2022 mengalami kenaikan sebesar Rp 317, dari Rp 15.471 menjadi Rp 15.788 per kilogram.
Sementara itu, harga Tanda Buah Segar (TBS) turun Rp 54 dari Rp 2.997 menjadi Rp 2.943 per kilogram, dan inti sawit anjlok Rp 3.222 dari Rp 13.211 jadi Rp 9.989 per kilogram.
"Hasil yang ditetapkan tim perumus kali ini hanya harga CPO yang naik, sedangkan TBS dan inti sawit mengalami penurunan dibandingkan periode sebelumnya," kata Panitia Penetapan Harga TBS Sawit Provinsi Jambi, Putri Rainun, Sabtu (23/4).
Penetapan harga CPO, TBS, dan inti sawit, merupakan kesepakatan tim perumus dalam satu rapat yang dihadiri para pengusaha koperasi dan kelompok tani sawit setempat dan berdasarkan peraturan menteri dan peraturan gubernur.
Berikut selengkapnya, harga TBS untuk usia tanam tiga tahun yang ditetapkan untuk periode kali ini adalah Rp 2.943 per kilogram, usia tanam 4 tahun Rp 3.128 per kilogram, usia tanam 5 tahun Rp 3.273 per kilogram, usia tanam 6 tahun Rp 3.411 per kilogram, dan usia tanam 7 tahun Rp 3.497 per kilogram.
Kemudian untuk usia tanam 8 tahun senilai Rp 3.570 per kilogram, usia tanam 9 tahun Rp 3.642 per kilogram, usia tanam 10 sampai dengan 20 tahun Rp 3.751 per kilogram, usia 21 hingga 24 tahun Rp 3.636 per kilogram dan di atas 25 tahun Rp 3.466 per kilogram.
Sementara itu pantauan di lapangan, dalam dua hari terakhir harga TBS ditingkat petani terjun bebas. Di wilayah Kecamatan Mestong, Muaro Jambi misalnya. Minggu (24/4) kemarin, harga TBS ditingkat petani berkisar antara Rp 2.400-2.600 per kilo. Padahal, sehari sebelumnya masih di atas Rp 3.000 per kilo.
Kondisi ini menyebabkan banyak petani sawit di wilayah Mestong, Muaro Jambi harap harap cemas. ‘’ Gawat nih hargo sawit terjun bebas. Turunnya dak nanggung nanggung, Rp 400 sampai Rp 600. Ini jarang terjadi,’’ kata salah satu pengepul TBS dari Petani di wilayah Mestong.
Informasi yang diperoleh, penurunan harga ini terkait kebijakan pemerintah yang akan melarang ekspor minyak goreng. ‘’Kabarnya turun karena pemerintah mau melarang ekspor minyak goreng.Tapi dak tau lah, Apo kareno nak lebaran. Tapi biasanya jarang turun sampe sebanyak itu, seperti sekarang,’’ katanya. (*)