*) Oleh: Maimunah Permata Hati Hasibuan

Membesarkan Bayi yang Ramah Lingkungan

Senin, 06 Mei 2024 - 07:49:30 WIB

Stunting dan Hubungan Menyusui ASI

Hingga saat ini, di Indonesia masih menempati top 5 negara dengan angka stunting tertinggi di dunia. Stunting adalah salah satu bentuk malnutrisi di mana tinggi/panjang badan menurut usia kurang dari -2 SD pada kurva pertumbuhan WHO, yang disebabkan kekurangan nutrisi berkepanjangan. Dikatakan dr. Meta Hanindita, S.PA, Selain stunting, malnutrisi yang dapat terjadi bisa berupa wasting (berat badan menurut panjang/tinggi badan berada di bawah -2 SD kurva WHO), underwight (berat badan menurut usia berada di bawah -2 SD kurva WHO), dan overweight/obesitas.

Stunting bukanlah kategori disabilitas, melainkan malnutrisi. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa malnutrisi, terutama di awal kehidupan anak, dapat mempengaruhi perkembangan otak, pertumbuhan, komposisi tubuh, massa otot, dan sebagainya. banyak dampak negatif jangka panjang yang disebabkan karena malnutrisi pada bayi bahkan masih dapat dirasakan kelak setelah bayi menjadi dewasa, misalnya menurunnya aspek kognitif, performa pendidikan, kapasitas kerja dan pendapatan per kapita serta meningkatnya risiko terjadinya berbagai penyakit seperti storke, hipertensi dan penyakit jantung.

Itulah mengapa pencegahan selalu menjadi jalan terbaik daripada mengobati. Untuk mencegah malnutrisi pada bayi dan memastikan tumbuh kembang yang optimal, mulailah dengan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) pada bayi selambatnya 1 jam setelah kelahiran, pemberian ASI ekslusif sampai 6 bulan, dan dilanjutkan dengan pemberian MPASI yang berkualitas sementara ASI dapat diteruskan hingga anak berusia dua tahun atau lebih.

Fakta Permasalahan di Masyarakat Tentang Menyusui

Setelah membahas idealisasi dari menyusui secara langsung untuk mencegah stunting, faktanya masih banyak ibu yang gagal dalam menyusui (bukan berarti gagal dalam membesarkan). Dikutip dari media Viva.com, mengatakan bahwa sebanyak 85,7% ibu pilih beri Susu Formula (Sufor) daripada ASI. Ini didapati dari survei yang dilakukan oleh Koalisi Perlindungan Kesehatan Masyarakat (KOPMAS) sebanyak 1.301 korespondensi di Jabodetabek. Artinya, telah sebagian besar karena mendekati 100%. Di Provinsi Jambi sendiri, Berdasarkan data Badan Pusat Statistik cakupan ASI eksklusif di Provinsi Jambi tahun 2021 sebesar 71,37%. Pencapaian ASI eksklusif di Puskesmas Paal X Kota Jambi tahun 2019 sebesar 52, 80%, sehingga dinilai masih kurang dari target pemerintah daerah. Saat bayi menggunakan sufor, artinya pemberiannya menggunakan media susu botol plastik (dot) dan kemasan susu dimana ini dapat menimbulkan limbah plastik. sufor dan dot memiliki jejak karbon tinggi baik dari sampah kemasan kaleng, kemasan plastik, hingga pertenakan sapi perah yang menyumbang limbah gas metana. Maka dari itu, ASI merupakan makanan terbaik bagi bayi, aman, dan tidak membahayakan bagi lingkungan karena diberikan langsung tanpa polusi kemasan atau limbah. Sebaliknya, pengganti ASI, seperti susu formula atau susu kemasan, berpotensi menyebabkan degradasi lingkungan dari emisi gas rumah kaca sehingga menyebabkan pemanasan global serta perubahan iklim. 

Penulis tidak menyalahkan sufor, sufor terbilang baik bilamana ini menjadi pilihan kedua dimana dikatakan aman jika ibu memang tidak sanggup memberikan langsung karena ada faktor medis yang dapat menularkan penyakit seperti HIV/AIDS (dikhawatirkan akan menularkan ke bayi bila disusui langsung), atau Covid dan kondisi ibu lemah akibat sakit. Apapun kondisi si ibu, ASI tetap berkualitas dan baik yang dikhawatirkan adalah kontak fisik ibu dan anak dan masih banyak ibu yang memberikan sufor akibat pengetahuan yang minim, ingin praktis, dan tidak mendapat dukungan oleh keluarga.

Memberi ASI Ekslusif adalah “Membumi”

Pemberian ASI yang optimal itu adalah 0-6 bulan yang biasa disebut ASI Ekslusif (Hanya diberi ASI saja tanpa Sufor dan air putih) dan saat bayi berusia 6 bulan, dilanjutkan dengan MPASI (Makanan Pendamping ASI) dan diteruskan menyusui hingga 2 tahun. ASI Tidak hanya menjadi sumber nutrisi terbaik untuk pertumbuhan bayi, tetapi juga melindungi ibu dan bayi dari penyakit dalam jangka pendek dan panjang. Manfaat lingkungan yang jelas termasuk penghematan energi dan sumber daya dalam memproduksi sufor. Praktik umum seperti pemberian susu formula dapat mempengaruhi keberhasilan menyusui sehingga disarankan untuk mencari konselor menyusui terlatih jika kita memerlukan dukungan. Selain semua keuntungan di atas, tidak perlu repot menyiapkan dot pada suhu yang tepat dan ini merupakan pengalaman ikatan unik yang alami.

Menurut penelitian dari National Georaphy menunjukkan bahwa menyusui dapat mengurangi polusi udara bagi bumi. Semisal, bila ada bayi yang ada di Inggris dan diberikan ASI saja selama 6 bulan, maka dapat mengurangi emisi karbon yang setara dengan menghilangkan 50.000-77.500 mobil dari jalan selama setahun. Berikut beberapa perihal bahwa menyusui dapat menyehatkan bumi: (1). Menyusui dapat menghemat energi dan tidak memerlukan sumber yang mahal dan menjaga sumber daya air agar lebih hemat karena bilamana menyusui dapat menghemat sekitar 4.700 liter air penggunaan produk pengganti ASI. (2) menyusui tidak akan menghasilkan banyak sampah/limbah dan ini dapat mengurangi sampah sekitar 30% penggunaan sufor dan menyusui dapat menghemat pembuangan sampah sekitar 550 juta kaleng susu, 80 ribu ton logam dan 364 ribu ton kertas di TPSA (Tempat Pembuangan Sampah Akhir) setiap tahunnya. (3). Menyusui tidak meninggalkan emisi gas karbon karena dengan menyusui dengan minimal 6 bulan saja, kita dapat mengurangi emisi gas karbon sebanyak 95-135 kg/bayi dalam setahun. menyusui adalah salah satu kunci kita dalam menyukseskan lingkungan kita yang bersih dan ramah lingkungan dan terakhir yang ke (4), bilamana si ibu dapat menyusui minimal 6 bulan bayinya saja, maka dapat menunda periode menstruasi si ibu yang menyusui dapat menurunkan permintaan serat katun dan bahan-bahan yang digunakan untuk memproduksi pembalut. 

Menurut Italian Journal of Pediatrics mengatakan bahwa gas yang berasal dari peternakan sapi perah adalah salah satu gas yang paling banyak dihasilkan dalam bentuk gas rumah kaca dan merupakan elemen kunci dari masalah gas rumah kaca yang mengglobal. Hasil gas metana memiliki dampak yang lebih merusak dibandingkan emisi lainnya. Itulah emisi gas rumah kaca untuk setiap kilogram susu mentah cukup besar karena terbuat dari susu sapi. Membersihkan lahan untuk peternakan sapi perah menimbulkan kerugian tersendiri bagi lingkungan. Setiap tetes ASI yang diciptakan oleh Tuhan, dapat menciptakan banyak harapan untuk generasi bangsa yang akan datang. Pemberian ASI yang optimal dapat tercipta imunitas yng baik bagi anak. Dari anak yang cerdas, maka akan terwujud pembangunan ekonomi, sosial, dan lingkungan yang baik di masa depan. Menyusui dapat membantu bumi kita dalam menghemat sampah-sampah plastik yang sulit diurai dan pemanasan global.

Penyadartahuan Menyusui Wujudkan Keberlanjutan Lingkungan

Dari jabaran diatas, kita dapat simpulkan bahwa pemberian ASI tidak dapat ditoleransi lagi. Keunggulan dan kemurniannya yang alami inilah memberikan se-ufuk cahaya harapan bagi keluarga yang tercipta di muka bumi ini. Maka, keberlangsungan dalam pemberian ASI ini harus di dukung bukan hanya diperoleh dari dukungan pada internal keluarga saja, namun semua eksternal bagi pemerintah dan swasta. Sudah selayaknya di kantor, mall atau tempat umum mempunyai ruang khusus untuk menyusui agar ibu dapat mudah menyusui bayinya. Itulah mengapa pemerintah harus menanamkan pemahaman kepada berbagai pihak bahwa seyogyanya tempat umum harus bersifat “inklusi” tak terbatas kalangan tertentu. Siapapun baik disabilitas, ibu menyusui, masyarakat umum, dll sama-sama dapat menikmati ruang umum yang nyaman dan tak terbatas oleh 1 (satu) golongan. Kemudian, para konselor menyusui dan bidang pakar menyusui pun aktif memberikan edukasi bagaimana memberikan susu ASI yang dipumping dari ibu dan cara pemberiannya melalui media cup feeder oleh pengasuh. 

Dalam agama islam yang tertera pada surah Al-Baqarah ayat 233 tentang anjuran menyusui hingga 2 tahun. Dalam ayat tersebut Allah berfirman yang artinya: “Dan para ibu, hendaklah menyusukan anak-anaknya mereka dua tahun penuh, (yaitu) bagi siapa yang ingin menyempurnakan penyusuan”, ayat tersebut juga diperkuat oleh surat Al Ahqaf ayat 46 yang berisi anjuran menyapih setelah 30 bulan. Makna 30 bulan dalam ayat ini adalah karena usia minimal kehamilan yang dianggap cukup untuk janin bisa lahir dengan sehat adalah 6 bulan. Oleh karena itu, 24 bulan berikutnya dianggap sebagai masa menyusui. Begitu jelaslah anjuran menyusui dalam Al-qur’an sejak berabad-abad lalu. Ilmu kesehatan modern memberikan buktinya. 

Keberhasilan ibu dapat menyusui bayinya minimal selama 6 bulan dapat membantu proses penggunaan susu tambahan bagi bayi aman dan dapat terkendali yang mana prosesnya ini dapat mengorbankan keberlanjutan lingkungan. Perlindungan, dukungan dan promosi menyusui membantu untuk menjaga keberlangsungan bumi dan manusia dengan meminimalkan kerusakan lingkungan, dan harus mendapat respons yang bermanfaat terhadap konservasi. Pemberian sufor merupakan praktik maladaptif di dunia dalam menghadapi lingkungan dan populasi global kontemporer tantangan kesehatan. Berinvestasilah pada menyusui agar dapat membantu mengatasi tantangan keberlanjutan yang ramah lingkungan dan menopang bumi ibu pertiwi ini. ASI menjadi prioritas segalanya karena menjaga kesehatan bayi dan kesejahteraan umat di seluruh negara manapun.

*) Penulis adalah Dosen Ilmu Lingkungan UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi



BERITA BERIKUTNYA