IMCNews.ID, Jambi - The Society of Indonesian Environmental Journalists (SIEJ) simpul Jambi, menggelar focus group discussion (FGD), pada Sabtu (21/9/2024).
Jurnalis dan pegiat lingkungan hadir sebagai peserta pada kegiatan yang mengangkat tema 'Potret Kondisi Lingkungan Jambi Dalam Kacamata Jurnalis, Mengusik Keberpihakan Calon Kepala Daerah Pada Kelestarian Alam'.
Pemantik diskusi dari Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Jambi, Jon Afrizal, mengungkap beragam fakta kerusakan alam, mulai dari tutupan hutan yang tergerus hingga eksploitasi perut bumi. Ironisnya, alam tergerus, kemiskinan justru masih tinggi.
Para calon kepala daerah di semua tingkatan yang bertarung di pilkada serentak 2024, menurutnya tidak bisa diharapkan mampu memperbaiki kerusakan yang terjadi. Apalagi sampai kini tidak terdengar gagasannya untuk lingkungan.
"Kalau saya menilai tidak ada harapan," kata Jon Afrizal.
Pemantik diskusi dari SIEJ simpul Jambi, Suang Sitanggang, menyoroti aktivitas pertambangan terutama batu bara.
Menurut dia, sejak masa dulu hingga saat ini, tidak ada keseriusan mengatasi kerusakan yang ditimbulkan mulai dari hulu hingga hilir.
Melalui google earth, ucap Koordinator SIEJ Simpul Jambi itu, bisa dilihat jelas bekas galian tambang yang dibiarkan begitu saja oleh para pengusaha.
Reklamasi tidak dilakukan. Muncul lubang raksasa, yang kini menjadi mirip danau buatan.
"Berdasarkan riset media, bukan satu atau dua orang lagi yang meninggal di lubang raksasa bekas tambang batu bara itu," ungkapnya.
Pada bagian hilir batu bara, berupa aktivitas pengangkutan, dia menilai hingga kini solusi yang diambil hanya bertujuan menguntungkan pengusaha.
Dulu lewat jalan umum, diprotes karena menimbulkan kemacetan, kecelakaan, kerusakan, dan dampak negatif lainnya.
Setelahnya dipindah ke sungai, yang membuat usaha seperti budidaya ikan air tawar merugi, dan juga kualitas air yang diprediksi semakin tercemar.
"Sejak dulu sudah ada desakan agar pengusaha dipaksa untuk membuat jalan khusus batu bara. Tapi tidak pernah ada juga keseriusan pemerintah untuk mendesaknya. Tidak berani untuk moratorium hingga jalan khusus terwujud," jelasnya.
Pada Pilkada 2024 ini, yang dilihat justru hanya foto-foto para claon.
"Apa sebenarnya gagasannya? Kita tidak tahu sampai sekarang. Kita tidak tahu mimpi apa yang ditawarkan kepada masyarakat," katanya.
Pada konteks kehutanan, dia menyoroti kebakaran hutan yang terus terjadi. Ketika 'musim karhutla' terjadi, masyarakat kecil yang jadi korban.
Perusahaan yang lahannya terbakar tak disentuh. Peran yang diambil pemerintah untuk menjaga hutan di wilayah masing-masing, agar aman dari pembalakan dan kebakaran, menurutnya masih sangat perlu dipertanyakan.
Peserta dari Walhi Jambi, Ginda Harahap, mengkritisi terkait tambang. Walhi menilai pertambangan menguntungkan segelintir orang, dengan menyengsarakan banyak masyarakat.
"Bukan hanya tambang batu bara, tapi juga tambang emas ilegal yang terus marak di wilayah hulu. Kita tidak melihat program apa yang ditawarkan para calon kepala daerah terhadap persoalan ini," ucap dia.
Habibi dari KKI Warsi, menyarankan agar para calon kepala daerah melakukan kampanye ramah lingkungan.
Di antaranya dengan mengurangi penggunaan alat peraga kampanye yang tidak ramah lingkungan.
"Misalnya baliho atau spanduk, ketika tak dipakai lagi, akan dikemanakan? Berapa lama baru terurai. KPU sebagai penyelenggara juga harusnya ikut memikirkan," katanya.
Nurbaya, Managing Director Yayasan Setara Jambi, berharap agar calon kepala daerah melihat persoalan lingkungan ini sebagai isu prioritas pada kampanye ke depan.
Ia mengharap semua pihak, termasuk calon kepala daerah, tidak tutup mata pada isu ini, sebab merupakan persoalan publik, yang akan menyangkut masa depan Jambi.
Peserta lainnya juga menyampaikan berbagai keresahannya atas kondisi alam Jambi.
Mulai dari Sungai Batanghari yang makin kritis, hasil laut yang semakin sulit didapatkan nelayan, nasib perempuan yang terbaikan dari persoalan lingkungannya, dan berbagai keresahan lainnya.
Untuk langkah ke depan, Suang Sitanggang mengatakan SIEJ akan kembali menggelar kegiatan serupa, yang akan menguliti visi, misi, dan program para calon kepala daerah. Cakupan peserta yang dihadirkan juga akan semakin luas.
"Kami bukan organisasi politik, dan tak punya kepentingan untuk politik praktis. Kegiatan ini untuk mengingatkan calon pemimpin pada semua tingkatan, dan juga mengingatkan publik," katanya.
Pada kesempatan ini, SIEJ simpul Jambi juga menyampaikan pernyataan sikap terhadap proses politik yang kini sedang berjalan.
SIEJ mengajak semua komponen masyarakat terlibat aktif dalam Pilkada, dengan menguji keberpihakan para calon pada pelestarian lingkungan.
Sikap SIEJ untuk calon kepala daerah adalah sebagai berikut:
1. Menolak para calon kepala daerah yang tidak berani membuat janji politik penghentian angkutan batu bara melalui sungai dan jalan umum
2. Menolak para calon kepala daerah yang tidak punya visi jelas dan terukur untuk pelestarian dan pelindungan lingkungan hidup. (*)
Diduga Pajak Negara Dari Sektor Perkebunan Sawit Bocor Hingga Rp300 Triliun
Pemprov Jambi Dukung Rakorda Sensus Pertanian 2023 Demi Rancang Masa Depan Indonesia yang Berdaulat
DPRD Kota Jambi Ingatkan Studi Tiru Kepsek ke Luar Negeri Jangan Terjadi Lagi
PDIP Pecat Akmaluddin Dari Keanggotaan Partai, Langsung Diusulkan PAW Dari Posisi Anggota DPRD Jambi
Jalan Teluk Nilau-Senyerang Mulus, Warga: Terimakasih Pak Haris
2,7 Juta Surat Suara untuk Pilgub Tiba di Jambi, Langsung Didistribusikan ke Kabupaten/Kota
Ketua SMSI Provinsi Jambi Ajak Media Sukseskan Pilkada Serentak 2024