IMCNews.ID, Kualatungkal - Tiga ekor gajah mengamuk hingga melukai warga di Desa Rantau Benar Kecamatan Renah Mendaluh Kabupaten tanjung jabung Barat Provinsi Jambi.
Peristiwa itu terjadi pada Rabu (17/7/2024) hingga melukai tiga orang warga. Mereka awalnya berusaha menghalau gajah itu.
Namun naas, bukannya pergi, kawanan gajah itu malah berbalik mengamuk dan menyerang mereka.
Para korban telah dilarikan ke RS Bratanata Jambi. Mereka adalah seorang warga berinisial M. Kemudian Herliandi dan Mulyadi.
“Ketiga gajah itu berbalik ke arah kami ketika kami halau ke arah RHM namun ternyata ada jurang di depannya. Kami hanya melakukan apa yang kami mampu tanpa ada pendampingan dari dinas terkait yang bertanggung jawab mengurus ini,” kata Herliandi.
Menurut dia, sudah tiga minggu sejak awal Juli tiga ekor gajah tersebut berkeliaran di sekitar Desa Muara Danau, Lubuk Kambing, Rantau Benar, dan Desa Sungai Rotan.
Itu belum termasuk sembilan ekor gajah yang berada di sekitar kawasan Bukit Kausar.
“Kira-kira sudah 130 hektar kebun yang dijamah gajah dan dirusak,” kata Hamidin, pegawai pemerintah Desa Rantau Benar.
Menurut dia, Pemerintah Desa Rantau Benar juga telah bersurat kepada Balai Konservasi dan Sumber Daya Alam (BKSDA) Provinsi Jambi.
Isinya menginformasikan bahwa gajah tersebut membutuhkan penanganan agar tidak menimbulkan interaksi negatif seperti korban jiwa maupun gajah yang jadi korban.
Bahkan, kata dia, Forum Petani Swadaya Merlung Renah Mendaluh juga telah mengirimkan surat kepada BKSDA Provinsi Jambi pada 15 Juli 2024.
Pihak BKSDA juga telah datang ke lokasi dengan memberikan petasan untuk digunakan masyarakat dalam menghalau gajah. Namun hal tersebut belum membuahkan hasil.
Gajah tersebut masih berputar-putar dan merusak tanaman yang dilaluinya. Bahkan melukai tim yang berusaha menghalau gajah tersebut.
“Kami butuh didampingi bukan hanya diberi mercon (petasan). Kami kan masyarakat, butuh petunjuk bagaimana cara yang tepat untuk menggiring gajah tersebut agar masuk ke dalam habitatnya,” kata Dapri, petani swadaya sawit dari Desa Sungai Rotan.
Sejalan dengan Dapri, petani lain, Azwir juga mengharapkan hal yang sama. Sambil menunjukkan kebunnya yang rusak, Azwir menuturkan banyak hal yang dialaminya belakangan.
“Kami sudah tiga minggu tidak bisa tidur, tidak memikirkan panen. Siang malam kami berjaga tapi belum juga dapat diatasi. Kami mohon kepada pemerintah untuk membantu kami mengatasi ini. Kami di sini sudah menjadi korban. Jangan sampai ada korban yang lebih banyak lagi. Kami paham bahwa gajah tersebut juga harus tetap hidup tapi sami saat ini benar-benar bingung dan kelelahan. Kami butuh solusi bukan hanya mercon,” katanya.
Sementara M. Suhaili, General Manager Forum Petani Swadaya Sawit merlung Renah Mendaluh (FPS-MRM) juga mengharapkan hal yang sama.
“Petani kami telah melakukan upaya semampu kami, semua telah berpatroli, mencoba menghalau gajah. Kami mohon kepada pemerintah atau pihak-pihak terkait untuk membantu kami. Sekarang sudah jatuh korban. Kita tidak ingin korban semakin bertambah,” tegasnya. (*)
KPU Siapkan 12.782 Alat Bantu Tuna Netra di TPS Untuk Pilkada 2024
Tim Sukses Maulana-Diza Laporkan Dugaan Kecurangan HAR-Guntur ke Bawaslu
SKK Migas dan KKKS Wilayah Jambi Kian Massif dan Agresif Percepat Eksplorasi Sumur Minyak & Gas Baru
Pjs Gubernur Sudirman: Isi Kemerdekaan dengan Karya-Karya Pembangunan
Ketua DPRD Provinsi Jambi Hafiz Ajak Generasi Muda Teladani Nilai-Nilai Kepahlawanan
Api di Sumur Minyak yang Meledak di Batanghari Kembali Menyala