Laci-laci Masa Lalu

*) Oleh Syamsul Bahri
Untuk ia yang sudah fana. Dikala semua terlelap dalam laci-laci berisikan air mata yang berserakan; merana. Tak ada niat sederhana tuk kembali berpendar. Yang bisa saja kau lupa dengan segala; bencana, sebab langkahku amatlah lambat dan lidahku kelu tak sampai keluar ludah.
Untuk ia yang belum kekal. Yang baru saja berganti sisik; adalah rencana belaka. Aku akan menyimpan segala apimu secara diam-diam. Kubuat kasar daun wajahnya. Agar semua tahu seluruh manusia telah kau buat tersayat-sayat.
Untuk saat ini yang telah lahir kata-kata. Sudah terjalin tanpa dirasa. Terasa jnggal bila tak jemawa membawa aba-aba dan lekas menjadi abu-abu. Semoga kau bunga. Terikat dari tali rindu dan riuhnya kekosongan pagi yang tak bisa kuterima beberapa senja yang lalu-lalu – Panjang umur untuk hal yang terbaik untukmu. (*)